Totok Urat, Warisan Betawi-Depok Yang Menanti Pewaris

Tuesday, May 15th, 2012 § 3 Comments

20120515-230909.jpg

Natsim, katanya menjelaskan namanya. Seorang tua yang menampakkan kesehatan prima. Usianya baru 72 tahun, berbadan kecil, bersih dan sigap. Dengan logat betawi kromo, kami pun berbincang ringan. Ya, betawi kromo. Maaf, saya tidak punya istilah lain. Makudnya adalah Kakek itu hanya mempu bicara Bahasa Betawi, yang hampir-hampir saya tidak mengerti artinya. Terima kasih kepada isterinya karena mau menjelaskan lebih detil kepada saya.

Ilmu totok urat sudah dimilikinya sejak kecil. Neneknya mewariskannya. Jangan heran apabila tangan kecilnya menyentuh kulit kita, maka hanya satu rasa yang bisa menggambarkannya, sakiiitttt.

Umumnya masing-masing pasien ditotok hanya dalam 90 menit. Hanya beberapa kasus penting saja yang lebih dari itu. Ibu (77thn) saya adalah contohnya. Mengidap diabetes dan rutin mengkonsumsi obatnya sejak 20 tahun silam pun, disarankan lepas obat. SubhanaAllah. Juga Adil (5th) anak saya yang rela menghabiskan waktunya hampir 2 tahun untuk meminum obat flek-nya. Pasien tidak perlu menceritakan riwayat medisnya, cukup telapak kakinya saja yang menceritakan dengan sendirinya.

Metoda detoksifikasi dilakukan dihampir 60 menit pertama. Selanjutnya upaya pelurusan urat-urat yang menyimpang. Tidak ada senyum dimuka pasien, yang ada hanya meringis tanda kesakitan. Ya, totok urat ternyata menyakitkan. Namun demikian, Kakek Natsim memberikan tekanan sesuai dengan porsinya. Upaya detoks dan pelurusan tidak dilakukan instan, melainkan harus merelakan waktu untuk beberapa kali datang. Allah memberikan sehat kepada makhluknya yang berikhtiar. Tinggalkan ketergantungan obat. Kembali ke kehidupan sehat. Makanan sehat, rebusan, sederhana dan bersih menjadi dambaan.

Kini Natsim tinggal sendiri. Isteri dan anak-anaknya tidak mampu mengamalkan ilmu warisan ini. Dari beberapa kasus, kadang ilmu tidak turun ke anak-cucunya. Mungkinkah orang lain sanggup menerimanya. Mungkinkah itu anda …